Alumni Nakasone

Dari Yogyakarta ke Puncak Dunia: Petualangan Mendebarkan Clara Sumarwati di Everest

Clara Sumarwati, seorang pendaki asal Yogyakarta, telah dua kali menaklukkan Gunung Himalaya di Nepal. Pertama kali pada tahun 1994 melalui jalur selatan (South Col), dan yang kedua pada tahun 1996 melalui jalur utara (North Col). Namun, prestasi puncaknya baru diraih pada tanggal 26 September 1996 ketika dia berhasil mencapai puncak Everest setelah dua tahun sebelumnya terhalang oleh badai. Perjalanan mendaki ini didukung oleh Panitia 50 Tahun Indonesia Merdeka, dengan sponsor dari Menteri Sekretaris Negara Moerdiono.

Clara meminta dana sebesar Rp 70 juta untuk survei lokasi, yang harus dilakukan setahun sebelum pendakian. Dana tersebut juga digunakan untuk mempersiapkan tim pendakian dan mendukung para sherpa atau pemandu. Dalam pendakian ini, Clara dibantu oleh lima Sherpa, di antaranya adalah Kaji sebagai kepala sherpa, Gyalzen, Ang Gyalzen, Dawa Tshering, dan Chuwang Nima. Seorang pendaki dari prajurit Kopassus, Gibang Basuki, juga turut serta dalam pendakian ini meskipun tidak sampai mencapai puncak, karena ini merupakan pendakian solo Clara.

Sebelum pendakian, Clara telah melakukan persiapan fisik dengan aktif berlatih di Resimen Mahasiswa Universitas Atmajaya Jakarta dan memiliki sabuk Dan II Taekwondo. Latihan fisik ini telah dilakukan dua tahun sebelumnya, dengan rutin berlari mengelilingi Senayan sebanyak 15 putaran.

Pendakian Everest pada bulan September 1996 menjadi pembicaraan di kalangan pendaki luar negeri, mengingat bulan tersebut merupakan musim badai. Namun, Clara yang pada saat itu berusia 29 tahun belum terlalu memperhitungkan risiko tersebut. Dia menghadapi tantangan berat selama pendakian, termasuk badai dan rawan longsor.

Selama perjalanan, Clara sering kali berhadapan dengan situasi berbahaya, seperti bertemu dengan mayat-mayat pendaki sepanjang rute, dan mengalami kondisi cuaca yang ekstrem. Namun, dengan semangat dan tekadnya yang kuat, Clara berhasil mencapai puncak Everest.

Di puncak Everest, Clara mengalami kendala saat kedua kameranya membeku karena suhu yang sangat dingin, mencapai minus 40 hingga 60 derajat Celsius. Namun, bersama para sherpa, mereka berhasil mengabadikan momen tersebut dengan mengambil foto-foto yang menjadi bukti prestasi Clara. Meskipun tak bisa mengabadikan momen di puncak, foto-foto tersebut menjadi saksi atas pencapaiannya yang luar biasa dalam menaklukkan Everest.

https://kappija21.org

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*