Selama Puasa, Ternyata Otak Membentuk Struktur Baru
Setelah menjalankan ibadah puasa selama 30 hari, seorang Muslim diibaratkan terlahir kembali saat Hari Raya Idul Fitri. Itu sebabnya, Ramadan disebut sebagai bulan penuh ampunan.
Rupanya, tak hanya catatan dosa yang menjadi baru kembali seusai puasa. Guru Besar Neurologi di University of California, School of Medicine, Amerika Serikat, Taruna Ikrar, mengatakan, setelah berpuasa sebulan penuh, otak manusia membentuk struktur baru.
“Ada rute jaringan baru di otak yang membentuk pribadi baru secara biologis, psikologis, dan fungsional,” kata dia, saat dihubungi oleh Tempo.
Taruna mengatakan otak terdiri atas ratusan miliar sel saraf. Setiap sel saraf memiliki sekitar 10 ribu koneksi, sehingga terbentuk triliunan koneksi pada otak. Koneksi inilah yang menentukan kemampuan berpikir, kepribadian seseorang, serta menentukan pola dan cara berpikir seseorang, termasuk baik-buruknya perilaku seseorang.
Dalam neurosains, koneksi ini disebut synapses. Istilah umumnya disebut rute atau jaringan koneksi otak.
Perubahan ini terjadi karena jaringan tersebut bersifat elastis, seperti cabang di dahan pohon yang dapat tertiup angin. Dengan dilatih bersikap sabar dan berpikir positif, jaringan otak akan membentuk rute yang menciptakan pribadi baru.
Penelitian plastisitas dan neurogenesis (kelenturan dan perkembangan otak) menunjukkan pada dasarnya jaringan dapat berkembang berdasarkan faktor lingkungan, kejiwaan, dan makanan yang dikonsumsi. “Synapses di otak dapat berubah selama 24 jam yang terekspos pada pembelajaran dan latihan,” kata Taruna.
Jofizal Jannis, Senior Konsultan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, mengatakan saat berpuasa, otak akan mengelola informasi lebih banyak. Soalnya, saat organ pencernaan, jantung, paru-paru, ginjal, dan lainnya menghemat energi, tubuh akan berkonsentrasi ke otak.
Jangan takut kekurangan energi saat harus beraktivitas saat puasa. Berkurangnya asupan makanan dan air saat puasa memang akan mengurangi energi. Namun tenang saja, hipotalamus Anda sudah mengetahuinya sejak awal. Hipotalamus merupakan bagian otak yang berperan mengendalikan fungsi tubuh.
Saat seseorang berniat puasa, kesadaran internalnya akan menginformasikan ke hipotalamus. “Hipotalamus akan menanggapinya dengan memberi perintah ke seluruh organ tubuh untuk menyesuaikan diri,” kata Jofizal.
Salah satu contohnya adalah ginjal, yang akan mengeluarkan lebih banyak urine pada pagi hari. Walhasil, saat puasa, seseorang tak akan kekurangan cairan. Jantung akan berdetak lebih lamban, begitu juga dengan paru-paru.
“Semua organ disetel dalam mode hemat energi,” tutur dia.
Menurut Jofizal, kantuk yang mendera selama berpuasa merupakan hal wajar. Orang yang berpuasa, kata dia, harus bijak menghadapi kantuk. Ia mengatakan ada dua pilihan, yakni mengikutinya dengan tidur atau melawannya dengan tetap beraktivitas.
Kurangnya asupan saat berpuasa, kata dia, akan mengurangi glukosa, yang merupakan modal untuk kerja otak. Tapi tak perlu cemas, cadangan glukosa yang ada di hati bisa dimanfaatkan. Selain itu, cadangan lemak di bawah kulit juga bisa dimanfaatkan menjadi energi. “Lalu dapat bonus menjadi lebih langsing,” kata dia.
Penulis: Alumni Kappija-21 angkatan 2001, bidang Pengembangan Regional