SALUT & BANGGA Sekali sama Adik-adik LO dan Tim FKGEA
Kalau ditanya bagian mana dari RLF dan NLF yang paling membekas buat saya, jawabannya bukan panggung, bukan seremoni, bukan juga foto-foto resmi. Yang paling melekat justru wajah-wajah adik-adik LO dan tim FKGEA—yang sejak awal sudah bekerja bahkan ketika semuanya masih serba belum jelas.
Ceritanya dimulai jauh sebelum hari H.
Saat Semua Masih Abu-abu
Di masa persiapan, data peserta dari dalam dan luar negeri masih simpang siur. Belum rapi. Belum final. Tapi justru di situlah adik-adik LO ini paling aktif.
Mereka bertanya. Mencari. Menghubungi siapa saja yang kira-kira punya informasi. Tanpa menyerah.
Sampai suatu titik, saya sendiri sempat kelabakan. Bukan karena mereka rewel—justru karena saya belum punya jawaban yang benar-benar akurat. Tapi tidak ada nada menyalahkan. Yang ada hanya satu sikap:
“Kalau belum jelas, kita cari bareng.”
Begitu saya dan Mbak Didien selesai bertemu dan ngobrol dengan Steven, Ketua FKGEA, mereka langsung bergerak. Koordinasi jalan. Informasi disebar. Semua sigap.
Perjalanan Panjang yang Tak Mematahkan Semangat

Hari keberangkatan tiba. Mereka naik bus bersama-sama dari Jakarta menuju Surabaya. Lebih dari 14 jam perjalanan.
Capek? Pasti.
Ngantuk? Sudah pasti.
Badan rasanya cuma ingin rebahan? Sangat.
Tapi begitu sampai di Surabaya, tidak ada yang minta istirahat panjang. Tidak ada yang mengeluh. Mereka langsung siap sedia.
Buat saya, ini bukan soal kuat fisik. Ini soal niat.
Menyambut Delegasi, Menyambut Dunia
Sesampainya di Surabaya, tantangan justru makin terasa. Jadwal masih sering berubah mendadak. Informasi harus terus diperbarui. Mereka harus bolak-balik cari kabar terbaru.
Namun setiap kali menyambut delegasi di Bandara Juanda—dari subuh sampai dini hari—yang terlihat justru wajah ceria. Senyum. Sapaan ramah.

bersiap menyambut delegasi ASEAN dan Jepang—dengan sigap, hangat, dan penuh semangat persahabatan.
Mereka menjemput, mengantar ke hotel, mendampingi jalan-jalan, ikut rangkaian kegiatan RLF dan NLF tanpa henti.
Saya tahu betul kondisi mereka. Tidur kurang. Jam makan tidak tentu. Telepon dari delegasi bisa datang kapan saja, bahkan untuk hal-hal kecil yang sering kali tidak terlihat di publik.
Kadang, setelah acara selesai, saya minta mereka segera kembali ke hotel untuk istirahat. Karena saya tahu, beberapa sudah mulai sakit dan kelelahan.
Yang membuat saya terharu, mereka tidak saling meninggalkan. LO lain dan tim FKGEA saling menutup celah. Saling membantu. Tanpa drama.
Ini jiwa korsa. Dan jujur, ini sudah mulai jarang kita temui sekarang.
Tentang Kepercayaan
Ada satu hal yang cukup saya sayangkan selama proses ini. Kadang terlalu banyak pihak yang sebenarnya tidak berkepentingan ikut campur, memberi arahan atau tugas-tugas kecil tanpa koordinasi dengan PJ atau koordinator LO.
Bagi saya sederhana.
Jobdesk cukup dijelaskan sekali.
Saya percaya adik-adik ini pintar, cekatan, dan mandiri. Mereka tidak perlu diawasi terus-menerus. Tugas saya adalah mengamati, mendampingi ketika mereka bertanya, dan mendengar saat mereka berkeluh kesah—karena itu manusiawi.
Yang mereka butuhkan bukan tekanan, tapi kepercayaan dan penghargaan. Bukan indoktrinasi yang justru membuat lelah jiwa dan raga.
Tentang Regenerasi
Saya percaya satu hal:
Regenerasi yang baik lahir dari kepercayaan.
Dari keyakinan bahwa anak-anak muda ini mampu memegang tanggung jawab. Dan RLF–NLF kali ini membuktikan itu.
Saya bangga pada adik-adik LO dan tim FKGEA yang saya sayangi, cintai, dan hormati. Kalian membawa nama baik bangsa ini lewat keramahan, ketulusan, dan kesungguhan hati.
Saya yakin, para delegasi pulang ke negaranya masing-masing bukan hanya membawa agenda dan dokumen, tapi juga kenangan indah tentang Indonesia—dan tentang kalian.
Jangan putuskan tali persahabatan itu.
Mohon maaf jika kehadiran saya masih memiliki banyak kekurangan. Namun satu hal saya yakini: tim LO dan FKGEA telah membantu menyukseskan rangkaian kegiatan 40 tahun KAPPIJA 21 dengan sepenuh jiwa dan raga.
Catatan kecil dari saya:
Saya insha Allah akan mengajak kalian lagi di kegiatan-kegiatan saya selanjutnya.
Arigato gozaimasu.
Sampai jumpa.