Alumni Nakasone

Tiga Hari yang Tak Terlupakan Bersama Yugo dan Hiroki

3 hari kebersamaan tak terlupakan

Diantara para orangtua homestay, mungkin saya satu2nya yang bukan anggota KAPIJA. Saya mengetahui ada kesempatan untuk menjadi host family untuk homestay dari saudara saya yang mungkin teman dari salahsatu anggota Kapija. Saya sendiri adalah mantan pengurus bertahun2 dari CISV (Children International Summer Village) Indonesia, organisasi internasional dalam pendidikan perdamaian dan antar budaya yang anggotanya lebih dari 60 negara. Saya berpengalaman hosting pengurus CISV Jepang, leader dari Mexico dan Junior leader dari Egypt. Karena itu ketika ada penawaran untuk jadi host family remaja Jepang, saya bersedia.

Di data remaja Jepang yang saya terima, tertulis Yugo usia 15 tahun dan Hiroki usia 16 tahun. Yang pertama saya ingin ketahui selain yang sudah diberikan, saya juga menanyakan apakah kedua anak ada alergi makanan atau lainnya. Ternyata tertulis bahwa Yugo penderita asma. Supaya saya tidak salah menyediakan makanan.

Pada tanggal 22 Agustus saya ditemani cucu, Eldin yang berusia 17tahun, menjemput dua remaja tersebut di Hotel Swiss Bell Residence,  Rasuna Epicentrum.

Karena selesai penjemputan menuju tempat tinggal kami di Slipi terjadi kemacetan sehingga mendekati waktu makan malam, kami ajak Yugo dan Hiroki untuk dinner di Sate Senayan terdekat dari hotel, yaitu di mall Kota Cassablanca

Kami tidak berani mengajak mereka ke Restoran Padang atau ke restoran Sea food ; takut bermasalah pada perut mereka walaupun tidak ada diantara mereka berdua yang alergi makanan. Kami pesankan Nasi goreng dan sate ayam, sebagai penyesuaian makanan Indonesia yang aman. Dengan lahap mereka makanan yang dihidangkan, sampai licin tandas

Di perjalanan ke rumah Yugo menanyakan lagu Jepang yang saya tau, saya jawab : Kokorotonomo. Wah dia senangnya bukan main. Padahal lagu itu populer di Indonesia tahun 80an, yang dulu sering saya gunakan untuk membangunkan anak saya waktu kecil.

Tiba di rumah saya mengantar mereka ke kamar, menjelaskan tempat tidur dan penggunaan kamar mandi/toilet, dan memberitahu besok pagi siap sarapan jam 8. Setelahnya keduanya memberi beberapa souvenir bagi saya dan cucu saya dan temannya.

Tepat jam 8 mereka sudah siap di meja makan. Untuk sarapan saya hidangkan nasi kuning,  ayam goreng, tempe goreng dan dadar telur iris. Alhamdulillah mereka menyukainya. Bahkan Yugo ingin mencoba makan menggunakan tangan tanpa sendok. Buah yang dihidangkan Semangka, salak, belimbing, jeruk dan mangga. Ternyata mereka sangat menyukai salak.

Selanjutnya kami bersiap2 untuk menuju Taman Mini. Untuk lebih meriah, cucu saya mengajak 2 temannya perempuan, Chava 17tahun dan Lana 16tahun. Ternyata mereka ngobrolnya cocok karena punya kesamaan penggemar game yang sedang trend secara internasional.

Kami datang lebih awal ke Taman Mini anjungan Provinsi Kepulauan Riau, sehingga cukup lama menunggu kedatangan yang lain, diisi dengan melihat2 isi anjungan kepulauan  Riau.

Setelah ibu Ati Ganda datang, ternyata anak2 jepang kami mendapat kostum adat laki2 Jawa (Yugo) dan Sumatera Barat (Hiroki). Terimakasih bu Ati Ganda yang sudah meminjamkan kostum tradisional secara gratis. Setelah siap pemakaian kostum, dilànjutkan dengan foto màsing2, dengan pasangan daerah masing2 maupun foto dengan host family  maupun bersama seluruh delegasi.

 

Selesai ganti baju kami makan siang kotak dari Dapur Solo berupa Nasi Langgi dan Nasi gudek. Rupanya anak2 Jepang kurang menyukai Nasi Gudek

Selesai makan siang dilanjutkan dengan game bagi seluruh peserta seara serempak. Selesai acara bersama, keluarga kami melanjutkan kunjungan ke musium Komodo, yang juga ada Komodo hidup di luar bangunan museum.

Dari Taman Mini Yugo dan Hiroki ingin belanja souvenir untuk oleholeh. Lalu kami bawa ke Sarinah Thamrin yang lanjut dengan makan snack sore kue kue tradisional dari Sari sari dan minuman tradisional di basement Sarinah  . Sekaligus kami jelaskan bahwa Gedung Sarinah adalah Departemen store pertama di Indonesia sebagai salahsatu dari bangunan pampasan perang Pemerintah Jepang yang diberikan ke Pemerintah Indonesia.

Sepulang dari Taman Mini dan Sarinah Thamrin sudah maghrib, Yugo dan Hiroki mengatakan mereka akan memasak makan malam untuk kami. Karena itu kami langsung pulang. Mereka memasak Udon oleh Yugo dan Miso soup oleh Hiroki. Kami makan berempat dengan adik ipar saya karena cucu dan teman2nya tidak bisa ikut makan malam. Sesudah makan kami hidangkan kue kue tradisional yang tadi dibeli di Sarinah

Besok paginya, Minggu 24 September jam 8 mereka sudah siap di meja makan. Untuk minggu pagi itu kami hidangkan nasi tim ayam. Selesai makan kami menuju FX seperti yang disepakati untuk kumpul kemudian akan berjalan kaki ke GBK lanjut naik MRT ke Bundaran HI.

Tapi pagi itu GBK dan sekitarnya bukan main macetnya. Banyak kegiatan yang diadakan berbagai komunitas secara bersamaan, sehingga menuju FX yang biasanya bisa ditempuh dalam 10 menit dari rumah kami, saat itu menjadi 1 jam. Rencana jalan bersama menuju GBK dibatalkan, sehingga kami berjalan menuju stasiun MRT terdekat FX untuk ke Bundaran HI. Tetapi tidak bisa berangkat secara bersamaan karena banyak yang terlambat datang. Untuk acara hari minggu itu cucu saya dan temannya tidak bisa menemani karena ada acara sekolah. Jadi yang menemani keponakan saya Fadlan, yang sudah berusia 25 tahun. Tapi ternata mereka cocok, dimana keponakan saya itu lebih ngemong Yugo dan Hiroki.

Sesampainya di Bundaran HI kami ajak anak2 Jepang kami untuk melihat Hotel Indonesia, yang merupakan Pampasan Perang Pemerintah Jepang kepada Indonesia, setelah sehari sebelumnya kami ajak ke Sarinah Thamrin, yang juga merupakan bangunan Pampasan Perang dari Pemerintah Jepang.

Dari Bundaran HI kami kembali naik MRT untuk menuju FX. Karena sudah saatnya makan siang, tetapi harus segera ke Hotel, akhirnya kami beli Hoka2 Bento di FX  untuk dibawa/take away. Akhirnya kami makan siang di mobil menuju Hotel, yang tepat sebelum tiba di Hotel, sudah habis. Terlihat mereka sangat kelaparan.

Tak terasa waktu 3 hari begitu cepat, kami harus berpisah lagi di Hotel Swiss Bell Residence. Untuk ketemu tanggal 27 Agustus sebelum mereka terbang kembali ke Jepang

Pada tanggal 27 Agustus saya datang paling awal ke Lembur Kuring Tangerang, dekat Bandara Sukarno Hatta, menunggu bis  rombongan remaja Jepang dengan Team Pengantarnya .

Cukup lama menanti kedatangan rombongan, akhirnya bis datang. Tapi ada yang terjadi pada slahsatu anak homestay kami, Yugo yang sejak sebelum naik Woosh dari Bandung  menderita Diarhea dengan muntah dan mules bertubi2. Katanya sudah sempat ditangani secara medis di stasiun Woosh Bandung, tapi gejala masih berlangsung terus. Kami berusaha menccari kontak klinik medis di Bandara, tapi tidak berhasil. Lalu mas Chandra browsing, berhasil menemukan Klinik Bandara dekat Bandara. Segera saya dan salahsatu leader Rombongan, Miss….. mengantar Yugo ke Klinik tersebut mengingat waktu untuk boarding tinggal sebentar. Dengan demikian kita bertiga samasekali tidak mengikuti acara Thank You Dinner di Lembur Kuring.

Ternyata yang namanya Klinik Bandara tidak lain adalah Klinik 24 jam yang letaknya dekat Bandara, dengan fasilitas terbatas dan tidak ada hubungannya samasekali dengan Fasilitas Bandara. Ketika diukur suhu, Yugo menderita demam. Selama di klinik Yugo berkali2 muntah dan BAB. Setelah mendapat penanganan seperlunya tanpa infus dengan diberi obat demam, antibiotik dan anti diarhea, kami langsung berangkat ke Bandara. Ketika selesai penanganan di klinik Miss…mengeluarkan kertas asuransi. Tentunya karena Klinik sederhana, tidak ada pelayanan asuransi. Maka dilakukan pembayaran secara ccash sebanyak Rp.150.000.

Tiba di Bandara kami datang bersamaan dengan rombongan dari Lembur Kuring. Segera kami menghubungi counter  Maskapai Anna Air untuk minta kursi roda bagi Yugo. Tapi itu berlangsung cukup lama sehingga lebih cepat kami dapatkan dari Fasilitas umum. Ketika Check In dinyatakan bahwa untuk dapat persetujuan bahwa Yugo diidzinkan terbang atau tidak, harus melalui pemeriksaan medis oleh dokter Maskapai Anna Air. Kami semua berharap agar doter bisa mengijinkan Yugo terbang, yang saat check in diusahakan agar Yugo mendapat tempat duduk dekat toilet dan bersebelahan dengan leader Miss… Karena kalau tidak diijinkan, berarti Yugo dan Miss…  harus diundur keberangkatannya hingga Yugo sembuh untuk bisa terbang. Itu berarti menyangkut urusan Rumah sakit dan tempat penginapan bagi Miss…

Selama di Klinik sempat Yugo Video Call dengan ayahnya sambil menangis. Lalu ayahnya mengatakan bahwa setibanya di Bandara Jepang akan dikirim Dokter dan langsung dibawa ke Rumah Sakit di sana.

Sementara Yugo diperiksa, Hiroki memberikan surat terimakasih dari Hiroki dan Yugo yang bikin surprise karena kalau Yugo menulis dalam bahasa Inggris yang cukup panjang, Hiroki menulis dalam bahasa Indonesia biarpun cukup singkat. Artinya dia sudah cukup berusaha.

Selesai pemeriksaan ternyata Yugo diijinkan untuk terbang. Menuju ruang Boarding Yugo masih menggunakan kursi roda dengan memegang kantong plastik untuk muntah. Tapi sebelum berangkat Yugo masih bisa tersenyum walaupun dalam kesakitan. Saya melepas dengan kekhawatiran.

Dua hari kemudian saya hubungi Yugo melalui Instagram, karena mereka tidak menggunakan aplikasi Whatsapp (mereka menggunakan aplikasi Line). Saya bertanya bagaimana selama penerbangan? Dia katakan sempat berkali2 ke toilet dan sebagaimana dikatakan ayahnya, langsung dijemput dengann dokter dan langsung dibawa ke rumah sakit. Di Rumah sakit selama 7 jam, mungkin diinfus. Dan saat itu sudah berangsur sembuh. Saya lega mengetahui itu.

Beberapa hari kemudian Yugo kirim video melalui Instagram, bersama Ibu dan adik perempuannya. Ibunya khusus mengucapkan terimakasih atas souvenir selendang batik kecil yang saya kirim, juga untuk neneknya yang katanya seusia saya.

Kesan saya selama menerima dua remaja Jepang sungguh menyenangkan, karena keduanya sopan, dan sangat menjaga kebersihan dengan membereskan tempat tidur setiap pagi…bahkan membersihkan kamar mandi setiap hari. Padahal hal itu bukan termasuk yang harus mereka lakukan. Saat mereka masak, meninggalkan dapur dengan keadaan bersih seperti sebelumnya, termasuk membersihkan alat alat bekas masak. Keinginan tau yang menyangkut budaya Indonesia sangat besar dengan menanyakan berbagai hal. Kemudian komunikasi pasca hosting walaupun lewat instagram, menjadikan perpanjangan silaturahmi.

Terimakasih KAPIJA berikut pengurusnya yang sudah memberikan kesempatan bagi kami sebagai orangtua Homestay walaupun hanya dua malam tiga hari. Sukses KAPIJA untuk program ke depannya.

https://kappija21.org

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*

Alumni Nakasone